Sebelum munculnya konsep relativitas, DUNIA dikenal sebagai suatu ragam (continuum) yang berdimensi tiga. Sir Isaac Newton berpendapat bahwa ruang dan waktu merupakan dua data mutlak terpisah dan bersifat "absolut". Waktu matematis mutlak benar dalam waktu sendiri sifatnya mandiri bergerak dengan mantap tanpa bertalian dengan sesuatu yang eksternal. Walaupun di alam ini terdapat gerak, tetapi gerak itu sendiri tidak mempengaruhi ruang dan waktu. gerak hanya bisa mempengaruhi benda2 material. karena benda2 material memiliki gerak rata2 (keseragaman gerak), maka waktu hanya bisa diukur dengan gerakan seragam. Berbeda dengan konsep relativitas yang menentukan suatu koordinat untuk menentukan peristiwa2 alam dalam empat dimensi, dengan melibatkan dimensi waktu. ruang dan waktu bukan dianggap sebagai dua data mutlak terpisah, namun merupakan satu kesatuan. ruang dan waktu dapat berubah dari sistem inertial yang satu ke sistem inestial yang lain. sehingga ruang dan waktu akan bersifat relatif terhadap seorang pengamat yang melakukan pengamatan. sifat realif ruang dan waktu dipengaruhi oleh gerak yang relatif. waktu tidak dapat dipisah dengan gerak,sebagaimana halnya dengan ruang. suatu gerak relatif mendekati kecepatan cahaya akan mempengaruhi observasi bagi seorang pengamat di mana mereka akan mencatat waktu yang berbeda.
Setiap benda hanyalah gabungan dari sifat-sifatnya dan karena sifat-sifat hanya ada di dalam pikiran maka seluruh alam semesta adalah obyektif: materi dan energi, atom dan bintang adalah tidak ada, kecuali sebagai konstruksi kesadaran atau bangunan lambang-lambang konvensional yang dibentuk oleh indera manusia. tidak ada benda yang berwarna tanpa adanya mata yang membedakan, begitupula dengan waktu, arti sesaat, sejam atau sehari perlu ada sesuatu peristiwa yang menandainya. Pemikiran tersebut menjadi landasan bagi ilmu pengetahuan modern.
jika berada dalam tiga dimensi di mana terdapat panjang, lebar dan tinggi. Dari dimensi itu suatu titik bisa bergerak ke berbagai arah dan mengamati satu dimensi, dan juga dua dimensi serta menyadari adanya tiga dimensi. Ia bisa melihat bentuk garis, bentuk bidang datar dan bentuk piramida atau kubus. Ini seperti manusia berada dalam ruang dan melihat benda-benda lain, serta bergerak untuk mendapatkan perspektif yang berbeda.
Bagi para pakar teori fisika ini sudah bukti yang cukup. Titik dalam garis yang hanya menyadari adanya dua ekstrem bukanlah bukti bahwa batasan dunianya hanya garis saja. Titik dalam bidang datar bukan berarti dunianya hanya panjang dan lebar. Begitu pula kita yang berada dalam tiga dimensi, bukan berarti tidak ada dimensi keempat.
jika manusia mampu mendekati kecepatan cahaya dengan percepatan ((kecepatan akhir-kecepatan awal)/waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan akhir dari kecepatan awal) yang sangat tinggi, bisa saja menimbulkan kematian. Tetapi pada konteks ini, kematian itu merupakan peralihan dimensi karena saat manusia bergerak pada kecepatan cahaya, sudah tidak berada pada dimensi ruang dan waktu. Pada saat bergerak pada kecepatan cahaya, kalo nyontek dari persamaan relativitas-nya Einstein, seolah-olah manusia bisa hidup kekal/abadi (dalam tanda kutip). Artinya manusia akan tetap hidup tapi di dimensi lain dan di dimensi itu seolah-olah hidup kekal.
Jika AKHIRAT dikatakan kekal, maka ada dimensi waktu yang berlaku di alam Akhirat. Dimensi waktu yang sangat berbeda sekali dengan dimensi waktu yang ada di bumi. sehingga jika manusia dikatakan mengalami kekal di alam akhirat, maka manusia akan hidup tanpa memiliki batasan waktu atau kekal atau abadi selama-lamanya. Hipotesa lain adalah bahwa kehidupan manusia di akhirat adalah kehidupan ruh saja. karena ruh dapat bergerak setara dengan cepat rambat cahaya!
Expressing Offers and suggestions
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar